Kisah Gus Baha Diterima Habib Umar bin Hafidz Yaman: Tulisan Tangan Saya Dibaca Hingga Tahu Saya Pelajari
- KH Ahmad Bahauddin Nursalim atau Gus Baha menceritakan saat dirinya diterima Habib Umar bin Hafidz Yaman.
Menurut Gus Baha, saat diterima bertemu Habib Umar bin Hafidz itulah dirinya mentaqrir kitab guru Habib Mundzir bin Fuad Al Musawwa itu.
Gus Baha mengatakan jika Habib Umar bin Hafidz mengetahui dirinya mempelajari kitab ulama asal Yaman tersebut.
Gus Baha menjelaskan jika tradisi ulama-ulama terdahulu adalah mempelajari kitabnya terlebih dahulu baru kemudian ditaqrir oleh pengaran kitab tersebut.
Salah satu murid Mbah Maimoen Zubair itu juga menceritakan kisah Imam Syafii yang belajar kepada Imam Malik yang mengarang kitab Al Muwaththa.
Saat hendak belajar itulah ternyata Imam Syafii sudah mempelajari bahkan hafal kitab Al Muwaththa karya Imam Malik.
Karena itulah Gus Baha juga menceritakan momen dirinya diterima oleh ulama internasional yang sering bolak balik ke Indonesia tersebut.
"Ini saya tahaduts bin nikmat, ini bukan sombong, kenapa saya diterima baca kitab oleh Habib Umar bin Hafidz?," ujar Gus Baha.
Gus Baha mengatakan dirinya mempelajari kitab tersebut setelah salah satu murid Habib Umar bin Hafidz memberikan kitab tersebut.
Akhirnya putra Kyai Nursalim Rembang itu mempelajari kitab tersebut salah satunya dengan cucu Mbah Maimoen Zubair.
"Saya belajar kitab itu sudah lama sekali, saya bacakan kepada santri Sarang, saya pertama kali dapat dari murid Habib Umar bin Hafidz," lanjut Gus Baha.
"Beliau ingin belajar itu sama saya, lalu saya dikasih, lalu saya pelajari dengan anak-anak Sarang termasuk dengan ponakannya Lik Lukman, cucu Mbah Moen," sambungnya.
Barulah ketika acara Habib Umar bin Hafidz di Semarang, Gus Baha diminta panitia untuk menemui guru dari banyak habib di Indonesia tersebut.
"Karena saya menghormati kyai-kyai sepuh. Tapi pas di Semarang kebetulan saya diminta oleh panitia supaya bertemu, kebetulan Ketua Badan Wakaf Unisula banyak yang kenal saya," terang Gus Baha.
Saat pertemuan itulah Gus Baha mengatakan dirinya membawa kitab karya Habib Umar bin Hafidz dengan banyak taqriran atau tulisan tangan miliknya.
"Akhirnya kitab itu saya bawa, jadi Habib Umar membaca taqriran saya. Saya itu membaca banyak taqriran dari banyak ulama," kenang Gus Baha.
"Maksudnya tulisan tangan saya itu dibaca banyak oleh beliau, makanya beliau tahu kalau kitabnya saya pelajari," tambahnya.
Tak hanya membaca taqriran kitab yang ia pelajari, Gus Baha juga menambahkan jika Habib Umar bin Hafidz berkenan menulis di kitab tersebut.
"Sebagai penghormatan beliau bersedia menulis di kitab saya, tidak apa-apa untuk gaya-gayaan, kalau tidak banyak yang sama di toko kitab," kata Gus Baha.
Gus Baha juga menceritakan saat dirinya meminta ijazah kitab al-ulama al-mujaddidun kepada Mbah Moen di Sarang.
"Saya dulu minta ijazah pada Mbah Moen, al-ulama al-mujaddidun, saya pelajari sampai khatam, saya ajarkan pada santri saya juga sampai khatam, beberapa kali saya punya taqrirannya," jelas Gus Baha.
"Baru saya minta ngaji sama Mbah Moen dan disuruh baca,ya sudah lalu dikasih ijazah," tegasnya.
"Itu baru ijazah level A, kalau kamu mau silahkan, tidak pun gak masalah. Kalau tidak mau cukup seperti ini saja," pungkas Gus Baha.***